Senyum manis sang sahabat
Senyuman manis itu masih membekas dalam sekali
dipikiranku saat aku bertemu denganya, entah apa yang menyebabkan hal itu tidak
mau hilang dari pikiran ku ini, sudah berulang kali aku mencoba melupakan
senyuman manis itu , namun apa daya aku tak kuasa menghilangkanya , semakin
kuat aku mencobanya semakin kuat senyuman itu menari- nari dan seakan mengakar
dipikiranku, senyuman yang menggoda itu adalah milik “NISA” gadis yang kecantikanya memang sudah tidak
diragukan lagi, tak heran dia menjadi bunga desa disini dan, wajar jikalau
kaula muda terpesona denganya.
Sore itu ketika matahari mulai terbenam, seperti biasanya
aku berjalan menuju masjid untuk menjalankan solat magrib, tak sengaja aku
melihat “NISA “ sedang duduk – duduk didepan rumah sambil membaca buku, aku tak
menduga dan merasa sangat kaget sekali ketika dia menyapaku dengan sapaan
khasnya yang lemah lembut dan santai “ hai fahri” terdengar nama ku terucap
dari mulutnya.
aku tercengang dan langsung saja aku menjawab “ hay juga
Nisa” sambil memalingkan wajahku ke arahnya sambil tersenyum.
“Bolehkah aku bareng
bersamamu ke mesjid” sahut nisa,
“ ohh iya ayo kita ke mesjid bersama- sama”
sahut aku dengan nada sedikit grogi
Nisa : “ ok tunggu
bentar ya aku ambil sajadah ma mukena dulu”
Sementara itu aku menunggu didepan rumahnya sambil
melihat taman yang ada didepan rumahnya,
tak lama kemudia Nisa keluar dengan membawa sajadah dan mukena.
Ayo fahri kita ke
mesjid bersama.
Ahirnya kita pergi
bersama menuju kemesjid.
Dalam perjalanan itu kami berbincang – bincang ringan
seputar kehidupan kita masing- masing tak lama kemudian kita sampai dimesjid
dan suara iqomah telah dikumandangkan kami pun segera bergegas menuju barisan
untuk berjamaah.
Setelah selesai solat mahgrib dan isyak kami pun pulang
bersama lagi karna sebelumnya Nisa minta untuk pulang bareng karna takut pulang
sendirian, ahirnya kita pulang bareng lagi dalam perjalanan pulang ini kami
terlibat perbincangan yang agak serius yaitu mengenai masalah pemerosotan moral
remaja zaman ssekarang, maklum lah Nisa adalah seorang mahasiswi psykologi jadi
sedikit banyak dia tau dan merasa punya beban tersendiri karna ini merupakan salah satu tanggung jawabnya
sebagai calon sarjana psyikologi.
Dia berkata “ sekarang
desa kita sudah terkena virus ke barat- baratan ya huh “ sambil mengeluh.
Aku menjawab” ya
beginilah Nis , zaman dah mulai berubah dan teknologi juga mulai menunjukan
taringnya.
Nisa “Aku merasa ngeri melihat tingkah
pemuda-pemuda didesa kita sekarang ini, yang mulai meniru gaya hidup orang
barat yang bebas dan tanpa aturan, aku rindu kehidupan desa ini yang damai asri
dan peramah”kini semuanya telah berubah seiring bergantinya waktu.
Bagaimana kita
menyikapi hal ini nis????? Tanya ku sambil menoleh ke arah nisa,
Nisa menjawab dengan santai “ Ya kita coba ja mendekati
mereka secara halus, karna mereka sudah mulai kehilangan ideology ketimuran
yang ramah dan social terhadap sesame serta sopan dan sarat dengan keindahan.
Ahirnya kita putuskan untuk bersama- sama mengembalikan
keasrian desa kami dengan cara yang telah disampaikan nisa tadi.
Nisa memang gadis yang cerdas dan peduli terhadap
lingkungan,ini semakin membuat aku terkesima saja disamping parasnya yang
cantik itu ternyata tersimpan sejuta keindahan yang belum terkuak, mulai muncul
dalam hati ini rasa suka terhadap Nisa,
Namun biarlah perasaan ini berlalu saja karna aku dan dia
jauh berbeda dari setrata social dan lainya, menjadi sahabat saja sudah cukup
bagiku dan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.