Altaf
kehilangan cinta
Sayang dan
tragis memang, namun itulah kenyataan,
tidak ada yang bisa menolak kenyataan itu, bahkan altaf sendiripun tak mampu
untuk berkehendak apa-apa menghadapi semua ini, bagaimana tidak keindahan yang
diharapkan terpaksa sirna.
“Altaf
Satria Maranata” nama panjangnya, cowok yang menjadi dambaan para cewek ini terpaksa murung untuk waktu yang tidak bisa di tentukan
lama sebentarnya, “cinta” memang membuat segalanya berubah mulai dari nafsu
makan sampai semangat untuk hidup pun musnah, semua gara- gara cinta.
Konflik
yang berkepanjangan membuat “nena” memutuskan untuk “break” dengan altaf,
mungkin penyebabnya adalah kurang percayanya nena terhadap altaf yang pernah
menghianatinya untuk sementara waktu, memang, jika dipersalahkan, altaf lah
yang salah, karna telah menghianati ketulusan yang telah diberikan nena
kepadanya. memang jika ditelisik lebih dalam sudah tidak pantas kata “sayang
apalagi cinta” keluar dari mulut altaf, mengingat kesalahan yang telah dilakukanya
terhadap nena, namun ini persoalan hati yang semuanya berbeda dengan kenyataan
dhohiriah, dalam lubuk hati yang paling dalam tersimpan rasa sayang yang besar
terhadap nena.
Altaf pun
menyesali perbuatanya, dia merasa sangat berdosa karna menghianati ketulusan
nena, selayaknya orang yang berdosa “TAUBAT” adalah satu-satuanya cara untuk
menebus dosa, dengan cara tidak akan mengulangi lagi perbuatan yang telah
dilakukan “taubatan nashuha” istilah Islamnya, Altaf memang telah berubah dan
menyesali perbuatan yang pernah dilakukanya terhadap nena, dan berharap nena
mau memaafkan kesalahanya. Benar memang, nena memaafkan Altaf, namun pada
ahirnya luka yang ada didalam hati nena, yang dulu pernah digoreskan oleh altaf
belum sembuh benar.
Memang
susah mengembalikan gelas yang pernah pecah kembali seperti semula, pasti ada
yang retak atau gimana, mungkin inilah perumpamaan hati nena, secara kasat mata
hati manusia itu memang lunak tidak seperti batu yang keras, namun didalam
keadaan tertentu hati manusia bisa melebihi kerasnya batu.
Pertaubatan
dan penyesalan yang dilakukan Altaf terasa sia sia belaka, dengan keluarnya kata
“break” dari mulut nena, namun tidak mengapa bagi Altaf, semuanya itu dilakukan
berdasarkan rasa tulus dan ikhlas atas penebusan dosa yang telah dilakukan, dan
merupakan balasan dari apa yang telah dilakukanya, teriris memang hati altaf
dengan keputusan yang diambil nena, namun apa daya tak ada hak dan kuasa
apapun atas keputusan yang diambil nena,
karna sudah sangat tidaak pantas bagi altaf mencampuri urusan nena.
Rasa
sayang dan cinta yang masih tertanam di hati, kini harus di pendam dalam- dalam
karna meskipun cinta, meskipun sayang, laki-laki adalah laki-laki tak yang
menjaga harga dirinya, tidak mungkin Altaf menjadi pengemis cinta, meminta
belas kasihan dan kemurahan hati nena yang talah membeku.
Altaf
ahirnya menyadari siapa dirinya, dia hanyalah seorang lelaki biasa yang tak punya apa apa namun telah lancang menggores hati sang bidadari, Altaf sungguh
tidak pantas menaruh rasa sayang lagi, bahkan memanggil nena saja seharusnya
tidak pantas.
Namun
sekali lagi ini adalah persoalan hati, meskipun demikian rasa sayang dan cinta
Altaf terhadap nena semakin besar saja, namun Altaf membiarkan rasa itu berkembang
didalam sanubarinya, tanpa memperdulikan wanita lain, tertutup sudah pintu
hatinya, dia sudah bahagia memelihara cintanya terhadap nena, meskipun hanya
didalam sanubarinya dan sesekali melampiaskan anganya dengan berhayal.
maaf nena.....!!!!
maaf nena.....!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar