NU (Nahdlotul Ulama’) merupakan salah satu organisasi Islam
terbesar di Indonesia, yang mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran dan
sejarah bangsa ini, pengorbanan NU untuk bangsa ini tidak bisa dipandang
sebelah mata, kita ketahui bersama bahwa sejak zaman Hadrotusyaikh K.H. Hasyim
As’ary, NU konsisten dalam memperjuangkan bangsa ini, baik dari segi perjuangan
melawan penjajah, idiologi, mencerdaskan umat (Pendidikan), dll.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulunya yaitu KH.
Hasyim ‘As’ary dan para Ulama yang lain dalam mencerdaskan umat yaitu dengan
mengajarinya ngaji Kitab Kuning di lingkungan pondok pesantren, maka
pengurus PCNU Tangsel juga mengikuti jejak para sesepuhnya yaitu mengadakan
kajian kitab kuning, dalam hal ini kitab yang dipakai adalah “Hujjatul Islam
Ahlu as-Sunnah Wal Jamaah, karangan Syekh Ali Ma’sum, kitab ini menerangkan
tentang Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah) yang bisa dijadikan pedoman bagi
Nahdiyyin dalam kehidupan sehari-hari, tentunya selain Qur’an dan hadist, dalam
kitab tersebut juga mengulas tentang bagaimana cara beribadah serta
dalil-dalilnya.
Kajian kitab kuning tersebut di pimpin oleh KH. Munhadi Muslih dan diikuti
oleh berbagai kader NU mulai dari Banser, IPNU, IPPNU, LAZIS dan yang lain,
mereka secara khidmat mengikuti jalanya kajian kitab kuning tersebut, setelah
KH. Munhadi Muslih selesai memaparkan sebagian isi dari kitab “Hujjatul
Islam Ahlu as-Sunnah Wal Jamaah, kemudian dilanjutkan dengan diskusi
bersama seputar hal yang telah di bahas tersebut, pada moment ini suasana semakin rame, karena audiens saling
melontarkan pertanyaan dan sanggahan serta argumenya masing-masing, tentunya
berdasarkan referensi dari kitab-kitab yang lain sehingga ketika audiens
berbicara tidak hanya asal berbicara tanpa dasar.
Imam Muzahir. MA, (Sekjen PCNU Tangsel), mengatakan, ngaji kitab
kuning ini merupakan salah satu progam dari PCNU Tangsel sebagai wujud khidmat
terhadap umat, adapun ngaji kitab kuning tersebut rutin digelar pada jum’at
malam sabtu ba’da Isya sampai selesai, hal ini bertujuan untuk melestarikan
budaya ngaji kitab kuning dan berupaya untuk memasarakatkan kitab kuning
dikalangan orang-orang kota yang berada jauh dari lingkukan Pon.Pes. Sehingga
mereka tau dunia pesantren itu seperti apa melalui kajian kitab kuning
tersebut.
Selanjutanya, H. Muhammad Tohir MA. (Ketua PCNU Tangsel) berharap,
semoga progam “Ngaji Kitab Kuning” bisa Istiqomah dan banyak pesertanya, baik
itu dari nahdiyin maupun dari kalangan yang lain. Semoga dengan adanya ngaji
kitab kuning ini bisa menambah pengetahuan agama dan memperkuat ke NU an kita. Wallahu
‘A’lam Bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar