Selasa, 15 November 2016

“Pondok Pesantren Sebagai Kancah Pengembangan Pendidikan”

Menjadikan Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri.
Oleh : Abdul Aziz
Di Indonesia banyak sekali berdiri pondok pesantren (Ponpes), mulai dari yang klasik sampai yang modern yang bertujuan untuk mendidik umat, terutamanya dalam hal pendidikan agama, yaitu meliputi, Tauhid, Fikih, Tafsir dll.
Kalau kita lihat kebelakang, Sejarah pendidikan itu sendiri dimulai ketika Allah mengajarkan Nabi Adam tentang nama-nama[1], seperti yang telah tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 31 “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah (2) 31)[2].
Pesantren merupakan tempat dimana santri mengenyam pendidikan, santri diajarkan pengetahuan agama dan lain sebagainya oleh sang Kiai, dalam hal ini Kiai tidak hanya mengajar santri namun juga mendidiknya, menurut KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. dalam bukunya Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, mengatakan bahwa mendidik itu berarti menyiapkan anak dengan segala macam jalan supaya dapat mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan Mengajar memberi Ilmu pengetahuan supaya ia pandai, menurut definisi ini berarti Mendidik mempunyai cakupan yang lebih luas dari mengajar[3].
Abuddin Nata dalam bukunya  Paradigma Pendidikan Islam mengatakan, secara sederhana tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing para murid agar semakin meningkatkan pengetahuanya, semakin mahir keterampilanya, semakin terbina dan berkembang potensinya, namun tugas pokok seorang guru dapat pula dibagi menjadi dua yaitu mendidik dan mengajar, mendidik ternyata tidak semudah mengajar. Untuk dapat benar-benar mendidik, seorang guru tidak cukup hanya dengan menguasi bahan pelajaran yang akan diajarkanya, tetapi ia juga harus tahu nilai-nilai apa yang dapat disentuh oleh materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa[4], menurut penulis, criteria “Mendidik” yang telah terpapar diatas sudah ada pada diri seorang Kiai.
Kalau kita menilik tentang tujuan pendidikan, maka apa yang dilakukan oleh Kiai tersebut  sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada, seperti pendapat DRS. H. Abuddin Nata, MA. dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, yang mengutip dari Ahmad D Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[5]
Dalam terminology ilmu pendidikan, system dapat diartikan sebagai “ suatu keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja sendiri- sendiri atau bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.[6] Kalau kita melihat realita yang ada, system yang diterapakan dalam pesantren merupakan system yang sudah modern, salah satu contoh sisi modernitas pesantren adalah dalam penggunaan metode pembelajaran, seperti Bandongan, Sorogan, Wetonan dan lainya, pada saat belanda memperkenalkan model pendidikan  yang katanya modern dengan model klasikal, pesantren telah meninggalkan model tersebut meski tidak sama sekali, sebab para kiai lebih mengedepankan metode “ Menyorog” dibanding metode “klasikal”, hal ini dikarenakan dalam Menyorog lebih menuntut seorang santri untuk meraba kemampuanya sendiri terlebih dahulu sebelum disetor atau dilaporkan kepada sang Kiai, metode semacam ini kalau dalam istilah sekarang dinamakan pendidikan berbasis kemampuan (Kompetensi)[7]
Selanjutnya, System pondok pesantren yaitu santri tinggal (Mukim/ Mondok) dan beraktivitas didalam lingkungan pondok sangat mendukung untuk pembentukan karakter santri, dalam hal ini DR. Muhammad Fadhil al-Jamali dalam bukunya Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an mengatakan, al-Qur’an menghendaki suatu tata kemasyarakatan yang didasarkan atas prinsip persatuan, persamaan, persaudaraan, tolong menolong dan musyawarah yang merupakan hakikat demokrasi yang benar. Sebab al-Qur’an menentang diktatorisme sebagaimana ia menentang chauvanisme.[8] Kalau melihat paparan diatas pendidikan pesantren sudah menerapkan tentang pendidikan karakter terhadap santrinya, dimana santri diajari untuk toleransi, menghargai dan menghormati terhadap sesama dan hidup sederhana, dalam hal ini santri mendapatkan bimbingan secara langsung dari kiai dan para seniornya. Dalam istilah modern ini disebut pendidikan karakter, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendidikan karakter itu sendiri baru muncul ahir – ahir ini yang dipopulerkan oleh Thomas Lickona, jadi dapat disimpulkan, system pendidikan pesantren jauh lebih modern dari pada pendidikan era sekarang.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan keagamaan tertua di Indonesia dan perkembanganya dari masyarakat untuk masyarakat, dengan segudang pengalaman dan kiprahnya dalam dunia pendidikan, sudah seharusnya pesantren mengalami kemajuan yang signifikan namun nyatanya saat ini pesantren masih belum mampu menjadi pusat-pusat studi Islam, belakangan ini pesantren malah tumbuh dan berkembang di pedesaan, bahkan bisa dikatakan sebagian besar pesantren berloksi di pinggiran pedesaan, mengapa demikian? menanggapi hal ini, Anis Maskuri mengutip dari Nurcholis Majid yang mengatakan seandainya Indonesia tidak pernah dijajah, pesantren-pesantren tidak akan terlalu jauh terperosok kedaerah perdesaan yang terpencil seperti sekarang, melainkan akan berada di kota-kota pusat kekuaasan atau pusat perekonomian seperti sekolah keagamaan di barat yang kemudian tumbuh menjadi universitas-universitas[9]
Senada dengan Nurcholis Majid, Dr. Lukamnul  Hakim[10] mengatakan, seandainya Indonesia tidak di jajah maka tidak ada UI, UGM, dan lain sebagainya, yang ada yaitu Universitas Tebu Ireng, Universitas Langitan, Universitas Lirboyodan lainya, hal ini seperti halnya Universitas Harvard di Amerika yang awalnya juga sebuah lembaga keagamaan Kristen.
System pendidikan pesantren yang ada saat ini, menurut penulis sudah cukup mumpuni dan modern untuk menjawab tantangan zaman, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa dunia pendidikan terus berkembang dari waktu kewaktu namun hal ini tidak menghalangi pesantren untuk tetap eksis sebagai lembaga pendidik yang mencetak generasi yang berkualitas dan agamis, bukti dari ke eksitensian system pendidikan pesantren adalah dengan berdirinya pesantren semi modern dan Modern, selain pesantren salaf yang telah berdiri sejak awal.
Melihat modernya system pendidikan yang dimiliki pesantren, penulis berharap system pendidikan pesantren yang ada saat ini sudah seharunya menjadi system pendidikan yang mandiri, yang tidak bergantung dengan system yang lain, karena pada dasarnya system pesantren lebih modern dan lengkap. Lebih lanjut penulis juga berharap system pendidika pesantren bisa diadopsi oleh pemerintah sebagai kurikulum Nasoinal. Wallahu A’lam Bissawab


Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Guru Tahfidz di SDIT al-Hamidiyah Depok.







Daftar Pustaka

Al-Qur’an Terjemah
Amdjad Al Hafidh,Sistem Pendidikan Menurut al-Qur’an,( Semarang, Majlis Khidmah al Asma-ul Husna, 2009) cet 2
DR. Muhammad Fadhil al-Jamali, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an ( Jakarta, cv. Pepara, 1981)
DRS. H. Abuddin Nata, MA. Filsafat Pendidikan Islam,( Ciputat, Logis Wacana Ilmu, 1997)
H. Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta, Grasindo, 2001)
KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta, Raja Grafindo, 2005)
MS. Anis Maskur, MA. Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren, Mengusung Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, (Depok, Barnea Pustaka, 2010)



[1]Amdjad Al Hafidh,Sistem Pendidikan Menurut al-Qur’an,( Semarang, Majlis Khidmah al Asma-ul Husna, 2009) cet 2, hal 5
[2] Al-Qur’an Terjemah
[3] KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta, Raja Grafindo,, 2005) hal.20
[4] H. Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta, Grasindo, 2001) hal. 134
[5] DRS. H. Abuddin Nata, MA. Filsafat Pendidikan Islam,( Ciputat, Logis Wacana Ilmu, 1997) hal. 49
[6] KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, hal.29
[7] MS. Anis Maskur, MA. Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren, Mengusung Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, (Depok, Barnea Pustaka, 2010) hal. 4
[8] DR. Muhammad Fadhil al-Jamali, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an ( Jakarta, cv. Pepara, 1981) hal. 8
[9] MS. Anis Maskur, MA. Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren, Mengusung Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, hal. 42
[10] Dosen Institut PTIQ Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar