Menjadikan Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri.
Oleh : Abdul Aziz
Di Indonesia banyak sekali berdiri pondok pesantren (Ponpes), mulai
dari yang klasik sampai yang modern yang bertujuan untuk mendidik umat,
terutamanya dalam hal pendidikan agama, yaitu meliputi, Tauhid, Fikih, Tafsir
dll.
Kalau kita lihat kebelakang, Sejarah pendidikan itu sendiri dimulai
ketika Allah mengajarkan Nabi Adam tentang nama-nama[1],
seperti yang telah tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 31 “Dan Dia mengajarkan kepada Adam
Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah (2) 31)[2].
Pesantren merupakan tempat dimana
santri mengenyam pendidikan, santri diajarkan pengetahuan agama dan lain
sebagainya oleh sang Kiai, dalam hal ini Kiai tidak hanya mengajar santri namun
juga mendidiknya, menurut KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. dalam bukunya Gontor
dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, mengatakan bahwa mendidik itu berarti
menyiapkan anak dengan segala macam jalan supaya dapat mempergunakan tenaga dan
bakatnya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan Mengajar memberi Ilmu
pengetahuan supaya ia pandai, menurut definisi ini berarti Mendidik
mempunyai cakupan yang lebih luas dari mengajar[3].
Abuddin Nata dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam mengatakan,
secara sederhana tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing para murid agar
semakin meningkatkan pengetahuanya, semakin mahir keterampilanya, semakin
terbina dan berkembang potensinya, namun tugas pokok seorang guru dapat pula
dibagi menjadi dua yaitu mendidik dan mengajar, mendidik ternyata tidak semudah
mengajar. Untuk dapat benar-benar mendidik, seorang guru tidak cukup hanya
dengan menguasi bahan pelajaran yang akan diajarkanya, tetapi ia juga harus
tahu nilai-nilai apa yang dapat disentuh oleh materi pelajaran yang akan
diberikan kepada siswa[4],
menurut penulis, criteria “Mendidik” yang telah terpapar diatas sudah
ada pada diri seorang Kiai.
Kalau kita menilik tentang tujuan
pendidikan, maka apa yang dilakukan oleh Kiai tersebut sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ada, seperti pendapat DRS. H. Abuddin Nata, MA. dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam, yang mengutip dari Ahmad D Marimba, pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[5]
Dalam terminology ilmu pendidikan, system dapat diartikan sebagai “
suatu keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja sendiri-
sendiri atau bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan
berdasarkan kebutuhan.[6]
Kalau kita melihat realita yang ada, system yang diterapakan dalam pesantren
merupakan system yang sudah modern, salah satu contoh sisi modernitas pesantren
adalah dalam penggunaan metode pembelajaran, seperti Bandongan, Sorogan,
Wetonan dan lainya, pada saat belanda memperkenalkan model pendidikan yang katanya modern dengan model klasikal,
pesantren telah meninggalkan model tersebut meski tidak sama sekali, sebab para
kiai lebih mengedepankan metode “ Menyorog” dibanding metode “klasikal”,
hal ini dikarenakan dalam Menyorog lebih menuntut seorang santri untuk
meraba kemampuanya sendiri terlebih dahulu sebelum disetor atau dilaporkan
kepada sang Kiai, metode semacam ini kalau dalam istilah sekarang dinamakan
pendidikan berbasis kemampuan (Kompetensi)[7]
Selanjutnya, System pondok pesantren
yaitu santri tinggal (Mukim/ Mondok) dan beraktivitas didalam lingkungan
pondok sangat mendukung untuk pembentukan karakter santri, dalam hal ini DR.
Muhammad Fadhil al-Jamali dalam bukunya Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an
mengatakan, al-Qur’an menghendaki suatu tata kemasyarakatan yang didasarkan
atas prinsip persatuan, persamaan, persaudaraan, tolong menolong dan musyawarah
yang merupakan hakikat demokrasi yang benar. Sebab al-Qur’an menentang
diktatorisme sebagaimana ia menentang chauvanisme.[8]
Kalau melihat paparan diatas pendidikan pesantren sudah menerapkan tentang
pendidikan karakter terhadap santrinya, dimana santri diajari untuk toleransi,
menghargai dan menghormati terhadap sesama dan hidup sederhana, dalam hal ini
santri mendapatkan bimbingan secara langsung dari kiai dan para seniornya. Dalam
istilah modern ini disebut pendidikan karakter, sebagaimana kita ketahui
bersama bahwa pendidikan karakter itu sendiri baru muncul ahir – ahir ini yang
dipopulerkan oleh Thomas Lickona, jadi dapat disimpulkan, system pendidikan
pesantren jauh lebih modern dari pada pendidikan era sekarang.
Pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan dan keagamaan tertua di Indonesia dan perkembanganya dari masyarakat
untuk masyarakat, dengan segudang pengalaman dan kiprahnya dalam dunia
pendidikan, sudah seharusnya pesantren mengalami kemajuan yang signifikan namun
nyatanya saat ini pesantren masih belum mampu menjadi pusat-pusat studi Islam,
belakangan ini pesantren malah tumbuh dan berkembang di pedesaan, bahkan bisa
dikatakan sebagian besar pesantren berloksi di pinggiran pedesaan, mengapa
demikian? menanggapi hal ini, Anis Maskuri mengutip dari Nurcholis Majid yang
mengatakan seandainya Indonesia tidak pernah dijajah, pesantren-pesantren tidak
akan terlalu jauh terperosok kedaerah perdesaan yang terpencil seperti
sekarang, melainkan akan berada di kota-kota pusat kekuaasan atau pusat
perekonomian seperti sekolah keagamaan di barat yang kemudian tumbuh menjadi
universitas-universitas[9]
Senada dengan Nurcholis Majid, Dr.
Lukamnul Hakim[10]
mengatakan, seandainya Indonesia tidak di jajah maka tidak ada UI, UGM, dan
lain sebagainya, yang ada yaitu Universitas Tebu Ireng, Universitas Langitan,
Universitas Lirboyodan lainya, hal ini seperti halnya Universitas Harvard di
Amerika yang awalnya juga sebuah lembaga keagamaan Kristen.
System pendidikan pesantren yang ada
saat ini, menurut penulis sudah cukup mumpuni dan modern untuk menjawab
tantangan zaman, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa dunia pendidikan
terus berkembang dari waktu kewaktu namun hal ini tidak menghalangi pesantren
untuk tetap eksis sebagai lembaga pendidik yang mencetak generasi yang
berkualitas dan agamis, bukti dari ke eksitensian system pendidikan pesantren adalah
dengan berdirinya pesantren semi modern dan Modern, selain pesantren salaf yang
telah berdiri sejak awal.
Melihat modernya system pendidikan yang
dimiliki pesantren, penulis berharap system pendidikan pesantren yang ada saat
ini sudah seharunya menjadi system pendidikan yang mandiri, yang tidak
bergantung dengan system yang lain, karena pada dasarnya system pesantren lebih
modern dan lengkap. Lebih lanjut penulis juga berharap system pendidika
pesantren bisa diadopsi oleh pemerintah sebagai kurikulum Nasoinal. Wallahu
A’lam Bissawab
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Guru Tahfidz di SDIT al-Hamidiyah Depok.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Terjemah
Amdjad Al
Hafidh,Sistem Pendidikan Menurut al-Qur’an,( Semarang, Majlis Khidmah al
Asma-ul Husna, 2009) cet 2
DR. Muhammad
Fadhil al-Jamali, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an ( Jakarta, cv.
Pepara, 1981)
DRS. H. Abuddin Nata, MA. Filsafat Pendidikan Islam,(
Ciputat, Logis Wacana Ilmu, 1997)
H. Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta,
Grasindo, 2001)
KH. Abdullah
Syukri Zarkasyi, MA. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Gontor dan
Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta, Raja Grafindo, 2005)
MS. Anis
Maskur, MA. Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren, Mengusung Sistem
Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, (Depok, Barnea Pustaka, 2010)
[1]Amdjad Al
Hafidh,Sistem Pendidikan Menurut al-Qur’an,( Semarang, Majlis Khidmah al
Asma-ul Husna, 2009) cet 2, hal 5
[2] Al-Qur’an
Terjemah
[3] KH. Abdullah
Syukri Zarkasyi, MA. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Gontor dan
Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta, Raja Grafindo,, 2005) hal.20
[4] H. Abuddin
Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta, Grasindo, 2001) hal. 134
[5] DRS. H.
Abuddin Nata, MA. Filsafat Pendidikan Islam,( Ciputat, Logis Wacana
Ilmu, 1997) hal. 49
[6] KH. Abdullah
Syukri Zarkasyi, MA. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Gontor dan
Pembaharuan Pendidikan Pesantren, hal.29
[7] MS. Anis
Maskur, MA. Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren, Mengusung Sistem
Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, (Depok, Barnea Pustaka, 2010)
hal. 4
[8] DR. Muhammad
Fadhil al-Jamali, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an ( Jakarta, cv.
Pepara, 1981) hal. 8
[9] MS. Anis
Maskur, MA. Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren, Mengusung Sistem
Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, hal. 42
[10] Dosen Institut
PTIQ Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar