Minggu, 31 Agustus 2014

sejarah panjang korupsi di indonesia

sejarah panjang korupsi di Indonesia
Korupsi adalah masalah yang sangat aktual saat ini. Bisa dibilang, tiada hari berlalu tanpa pemberitaan di media massa Indonesia tentang orang atau lembaga yang terkait korupsi. Baik korupsi yang dilakukan oleh kalangan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, dari tingkat pegawai rendah sampai pejabat tinggi, baik yang dilakukan oleh pejabat pemerintah maupun yang melibatkan pihak swasta, baik yang dilakukan di daerah maupun di pusat.
Korupsi memiliki sejarah panjang di Indonesia. Korupsi sudah ada di pemerintahan sejak awal kemerdekaan yang diproklamasikan pada 1945. Pada periode demokrasi liberal parlementer (1950-59) dan selama Demokrasi Terpimpin di bawah Presiden Soekarno (1959-65), korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan biasa dilakukan lewat aliansi di antara patron-patron politis dan klien-klien bisnis, yang secara reguler diberi perlakuan khusus dalam bentuk perizinan dan peluang-peluang bisnis yang tidak transparan.
Namun, praktik korupsi saat ini dipandang telah memuncak –baik dari segi skala, kecanggihan, dan dampak kerusakannya dibanding ketika di bawah pemerintahan Orde Baru, yang bermula pada 1965. Pola-pola korupsi era sebelumnya telah ditiru oleh Orde Baru, bahkan dengan lebih sistematis.
Sejak berhentinya Presiden Soeharto lewat gerakan prodemokrasi pada Mei 1998, Indonesia telah lepas dari era pemerintahan Orde Baru dan memasuki era reformasi. Salah satu hal yang secara jelas membedakan antara era Orde Baru dan era reformasi adalah adanya kebebasan yang jauh lebih besar, yang diwujudkan lewat kebebasan memilih dalam pemilihan umum, kebebasan membentuk partai politik, kebebasan menyatakan pendapat (termasuk mengkritik penguasa), kebebasan pers, dan lain-lain.
Sayangnya, pergantian rezim pemerintahan tidak otomatis melenyapnya berbagai permasalahan bangsa. Salah satu masalah penting yang sejak Orde Baru sampai era reformasi masih membebani bangsa, adalah perilaku korupsi. Transparancy International dalam surveynya tahun 2001, memposisikan Indonesia sebagai negara urutan ketiga paling korup sedunia, bersama Uganda. Pada survey 2002, posisi Indonesia hanya membaik sedikit, ada di urutan keempat paling korup sedunia, bersama Kenya.
Pada tahun 2012, peringkat indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia menurun dari tahun sebelumnya. Dari 176 negara yang diukur oleh Transparancy International, Indonesia menempati urutan ke-118. Padahal tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-100 dari 183 negara.
Peringkat Indonesia tahun 2012 sejajar dengan Republik Dominika, Ekuador, Mesir, dan Madagaskar. Sedangkan di Asia Tenggara, peringkat Indonesia berada di bawah Singapura (urutan ke-5), Brunei Darussalam (46), Malaysia (54), Thailand (88), dan Filipina (108). Indonesia unggul di atas Vietnam (123) dan Myanmar (172). Berdasarkan IPK, dengan semakin turun peringkat berarti negara itu semakin korup, begitu pula sebaliknya.
Alinea pertama Penjelasan Umum UU Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003 menyatakan: ”Tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntabilitas, dan integritas, serta keamanan dan stabilitas bangsa Indonesia. Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik dan merugikan pembangunan berkelanjutan sehingga memerlukan langkah-langkah pencegahan tingkat lokal, nasional maupun internasional. Dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang efisien dan efektif diperlukan dukungan manajemen tata pemerintahan yang baik dan kerjasama internasional, termasuk pengembalian aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi.”
Perilaku korupsi di jajaran birokrasi dan aparat pemerintah sudah memberi dampak kerusakan yang sangat besar, bahkan menjadi ancaman bagi masa depan bangsa. Perilaku korupsi, bersama dengan terorisme dan pengedaran narkoba (narkotika dan obat-obat terlarang), sudah dianggap sebagai bentuk kejahatan luar biasa yang memerlukan penanganan khusus.

Maka kita perlu segera mengatasi perilaku korupsi ini demi menyelamatkan masa depan Indonesia. Perilaku korupsi adalah tindak pelanggaran hukum dan pelakunya harus bertanggung jawab dan diberikan hukuman yang seberat- beratnya. Semua pihak harus berpartisipasi didalam memberantas korupsi, tidak hanya KPK saja yang bertugas memberantas korupsi namun seluruh elemen masyarakat dan pemerintah juga harus mendukung apa yang dilakukan oleh KPK dan penegak hukum lainya agar tercapai indonesia bebas korupsi.

Strategi Pemberantasan Korupsi

Strategi Pemberantasan Korupsi
Kegagalan strategi pemberantasan korupsi di masa lalu adalah pelajaran bagi bangsa untuk menetapkan langkah ke depan strategi dalam pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi idealnya harus mengandung dua unsur, yaitu penindakan dan pencegahan. Dua unsur tersebut harus diusahakan agar dapat berjalan seiring saling melengkapi yakni korupsi harus dipetakan secara seksama dan dicari akar permasalahannya kemudian dirumuskan konsepsi pencegahannya. Sementara tidak pidana korupsi yang terus berlangsung harus dilakukan penegakan hukum secara konsisten, profesional agar pelanggaran serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari. Apabila pendekatan tersebut dapat dilaksanakan secara konsisten, maka diharapkan pemberantasan korupsi dapat diwujudkan dengan lebih efektif, sistemik, berdaya guna, dan berhasil guna. 

Fakta Korupsi di Indonesia
Kondisi korupsi di Indonesia masuk dalam kategori kronis dari waktu ke waktu, karena secara umum sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masih belum berorientasi sepenuhnya terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karenanya tidak mengherankan bila Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia berdasarkan survey Transparansi Internasional, memperoleh indeks pada kisaran angka 2 dari tahun 2004 hingga tahun 2007. IPK hingga saat ini diyakini sebagai pendekatan yang sah untuk melihat tingkat korupsi di suatu negara.

Berdasarkan studinya Transparansi Indonesia rendahnya IPK Indonesia disebabkan oleh adanya praktek korupsi dalam urusan layanan pada bidang bisnis, antara lain meliputi ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, HGU, IMB, ijin ekspor, angkut barang, ijin bongkar muat barang,), pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak), pengadaan barang dan jasa pemerintah (proses tender, penunjukkan langsung), proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan (bea cukai), pungutan liar oleh polisi, imigrasi, tenaga kerja, proses pembayaran termin proyek dari KPKN (Kantor Perbendaharaan Kas Negara). 

Hasil dari studi yang dilakukan TI ini sejalan dengan Studi Integritas yang dilakukan oleh Direktorat Litbang KPK di tahun 2007. Bahwa unit-unit layanan tersebut seperti Pajak, Bea cukai, layanan ketenagakerjaan, dan keimigrasian masih memperoleh nilai skor integritas yang rendah. Dengan rentang nilai 0-10, layanan TKI di terminal 3 memiliki skor integritas yang rendah yakni 3,45 sementara layanan pajak mempunyai skor yang sedikit lebih baik yakni 5,96. Skor integritas unit layanan yang ada di Indonesia ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan di negara lain seperti Korea. Di Korea, rata-rata skor integritas sudah berada di 7 dan telah banyak unit layanan yang memiliki nilai integritas di atas 8 bahkan sudah ada yang mencapai nilai 9.

Ironisnya, berdasarkan studi ini, justru rendahnya kualitas layanan yang diterima publik selama ini menyebabkan tumbuhnya persepsi dalam masyarakat (pengguna layanan) bahwa pemberian imbalan merupakan hal yang wajar dalam proses pengurusan pelayanan. Pemberian imbalan saat pengurusan layanan dianggap sebagian besar responden dalam penelitian ini sebagai tanda terima kasih atas pelayanan yang diberikan. Artinya mereka kurang memahami bahwa layanan yang mereka terima tersebut merupakan hak yang memang seharusnya mereka terima, sementara pemberi layanan memang memiliki kewajiban dan tugas untuk memberi layanan kepada mereka. Kekurangpahaman masyarakat terhadap tugas dan kewajiban pemberi layanan membuat mereka merasa berhutang budi sehinga mereka membalas layanan yang telah mereka terima dengan memberikan imbalan kepada pemberi layanan tersebut.
Attitude atau perilaku dalam menerima mau pun memberikan suap, kejahatan korupsi yang melibatkan perbankan, pengadaan barang dan jasa secara nasional yang korup, money politic, money laundering, korupsi oleh penegak hukum merupakan kasus korupsi di Indonesia yang harus ditangani lebih efektif. Semua informasi tersebut merupakan kondisi riil tentang luas dan kompleksnya korupsi di Indonesia yang membutuhkan Strategi Pemberantasan Korupsi yang Sistemik.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Pemberantasan korupsi yang sistemik dan konsisten merupakan kunci tercapainya visi Indonesia yang bebas korupsi. Namun meski pun merupakan hal yang sulit, pemberantasan korupsi yang sistemik di Indonesia bukan merupakan hal yang mustahil, terlebih dengan adanya lembaga seperti KPK yang mempunyai kewenangan yang lengkap di bidang penindakan maupun pencegahan.

Dengan strategi pencegahan yang memperhatikan prinsip supply dan demand, dan strategi penindakan yang difokuskan pada peningkatan efek jera dan penyelamatan kebocoran keuangan negara yang dipadukan dalam suatu strategic map yang terintegrasi memberikan harapan bahwa proses pemberantasan korupsi di Indonesia dapat segera terwujud. 

Meski pun KPK sudah dilengkapi dengan berbagai kewenangan dan fasilitas yang menunjang untuk menjadi focal point dalam pemberantasan korupsi yang sistemik di Indonesia, namun tetap dibutuhkan beberapa prasyarat demi tercapainya visi Indonesia yang bebas korupsi. Secara umum prasyarat keberhasilan suatu strategi pemberantasan korupsi adalah: (i) kesiapan dan keahlian dari personel penegak hukum dalam menangani kasus korupsi yang semakin sistemik dan rumit, (ii) perlunya dukungan politik yang konsisten dari pemerintah, serta (iii) perlunya dukungan masyarakat luas baik masyarakat Indonesia mau pun dukungan internasional untuk mendukung terlaksananya program antikorupsi yang telah disusun dan dipublikasikan selama ini. Pemberantasan korupsi harus diorientasikan kepada usaha penyelamatan keuangan dan kekayaan negara, memerangi kemiskinan dan keterbelakangan. Seiring dengan peringatan seratus tahun hari Kebangkitan Nasional penulis mengajak masyarakat untuk secara bersama-sama untuk memerangi korupsi dan meninggalkan perilaku koruptif demi peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.[]


sang penggembala

Sang penggembala
          Semilir angin berhembus sepoi –sepoi disore itu, sang penggembala duduk dibawah pohon yang rindang sambil mengamati gembalaanya yang sedang lahap menyantap rumput-rumput hijau yang terhampar luas, perasaan sang penggembala sangatlah senang melihat gembalaanya kenyang dan sehat, Sore pun perlahan-lahan mulai meninggalkan sang penggembala dan kambingnya, itu pertanda sang penggembala harus mengantar gembalaanya kekandang untuk beristirahat.
          Seperti haari-hari biasanya, sepulang sekolah sang penggembala menggiring gembalaanya ke padang rumput dan kemudia sang penggembala menungguinya dibawah pohon sambil menikmati indahnya pemandangan dan semilir angin, suasana pedesaan sungguh sangat terasa sekali, dimana tidak ada hiruk pikuk kemacetan, kebisingan, polusi dan sebagainya, betapa indah tempat ini, “terbesit dalam benak sang penggembala”.
          Hari-hari pun berlalu seperti biasanya dan penuh dengan rasa senang, keeksotikan alam dan pertumbuhan kambing-kambing yang semakin gemuk membuat kebahagiaan ini makin lengkap, namun suatu ketika kebahagiaan itu terganggu dengan cibiran orang yang mencibir sang penggembala, maklum lah penggembala adalah pekerjaan yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum, Banyak yang mencemooh dan malu jika bergaul dengan penggembala, hingga ahirnya suatu ketika sang penggembala berfikir untuk berhenti menjadi penggembala karna tak kuat menghadapi cibiran dan cemoohan dari orang-orang yang ada disekitarnya.
          Dalam renungan sang penggembala “ memang benar apa kata orang –orang itu bahwa penggembala adalah orang rendahan yang tak punya wibawa, berpakaian kumuh, tak berpendidikan, kampungan dan lain sebagainya maka wajar saja jika mereka tidak mau berteman dengan aku dan malu dekat-dekat dengan aku, Pada saat itu juga sang penggembala memutuskan untuk tidak menggembala lagi.
          Satu hari pun berlalu namun cibiran itu masih terngiang di telinga sang penggembala, dua, tiga hari sampai seminggu cibiran dan cemoohan itu masih membekas direlung hati sang penggembala hingga ia pun tak tau harus berbuat apa, image penggembala sudah membekas didirinya, kemanapun dia pergi image itu selalu disandangnya, sungguh beban mental yang berat yang disandang sang penggembala, Karna tidak kuat menanggung beban tersebut ahirnya sang penggembala mengadu kepada bapaknya yang menyuruhnya untuk menggembala.
          Sang penggembala berkata kepada bapaknya: “bapak, aku sudah tidak sanggup lagi menjadi penggembala, beban mental yang aku tanggung sungguh besar, aku tak sanggup menghadapi cibiran, cemoohan dari orang-orang yang ada disekitarku, memang benar, aku merasa bahagia dengan gembalaan ku dan akupun merasa sukses karna gembalaanku berkembang biak sehingga jumlahnya berlipat ganda, namun harga diri ku selalu dihina oleh orang-orang pak, aku mau berhenti saja jadi penggembala”.
          Sang bapak pun menjawab dengan senyum: “Anakku, bukan maksut bapak menghinakan darah daging bapak sendiri, mana mungkin ada bapak yang ingin anaknya dihina, dicibir dan sebagainya, aku hanya ingin kamu itu kuat dan tahan banting dalam mengarungi kehidupan diluar nanti jika sudah tidak bersamaku lagi, kamu tahu nak dunia luar itu sangat keras dan penuh tantangan jika kamu menghadapi itu saja tidak mampu, mana mungkin kamu bisa menghadapi dunia luar.
          Kamu itu tidak usah malu nak, Nabi Muhammad aja dulunya penggembala, nabi musa juga, mereka adalah seorang nabi tapi tidak malu menjadi penggembala kenapa kamu harus malu wahai anakku.
          Ada nilai-nilai dan pengalaman yang ingin aku berikan kepada mu dari menjadi sang penggembala, diantaranya kamu itu harus kuat mental dan fisikmu jika ingin menjadi orang sukses, kamu harus terbiasa tahan banting agar tidak mudah terperosok kedalam jurang kegagalan, aku ingin kamu menjadi pemimpin yang perduli terhadap rakyatnya seperti kamu perduli pada kambingmu yang lapar, ketika menjadi pemimpin nanti kau harus rela lapar demi kenyangnya rakyatmu, dengan menggembala aku ingin kau terbiasa dengan kesederhanaan demi kemewahan gembalaanmu, aku sedih melihat para pemimpin yang bermental krupuk, harusnya pemimpin itu bermental penggembala yang sederhana namun berfikir luas demi kesejahteraan gembalaanya (rakyatnya).
          Kalau kamu dicibir dan dicemooh kayak gitu sudah layu bagaimana kamu menghadapi penjajah modern, yang menyerbu kekuasaanmu bukan dengan senjata, pistol atau bom namun pakai idiologi, ekonomi dan budaya, mentalmu harus kuat demi kesejahteraan gembalaan itu, dan yang terpenting kau itu bisa menjadi pemimpin yang bermental penggembala, rela lapar demi rakyat kenyang, rela miskin demi rakyat sejahtera, rela mengorbankan waktu, mampu memberi rasa aman.

          Ahirnya sang penggembala menyadari arti dari perintah bapaknya tersebut, orang tua tidak mungkin menjerumuskan anaknya sendiri kelembah kesengsaraan, orang tua itu ingin anaknya bahagia dan sukses. Namun kadang cara yang dipakai tidak sepenuhnya dmengerti oleh sang anak perlu waktu bagi sang anak untuk memahmi apa yang orang tua lakukan terhadapnya.Sang penggembala
          Semilir angin berhembus sepoi –sepoi disore itu, sang penggembala duduk dibawah pohon yang rindang sambil mengamati gembalaanya yang sedang lahap menyantap rumput-rumput hijau yang terhampar luas, perasaan sang penggembala sangatlah senang melihat gembalaanya kenyang dan sehat, Sore pun perlahan-lahan mulai meninggalkan sang penggembala dan kambingnya, itu pertanda sang penggembala harus mengantar gembalaanya kekandang untuk beristirahat.
          Seperti haari-hari biasanya, sepulang sekolah sang penggembala menggiring gembalaanya ke padang rumput dan kemudia sang penggembala menungguinya dibawah pohon sambil menikmati indahnya pemandangan dan semilir angin, suasana pedesaan sungguh sangat terasa sekali, dimana tidak ada hiruk pikuk kemacetan, kebisingan, polusi dan sebagainya, betapa indah tempat ini, “terbesit dalam benak sang penggembala”.
          Hari-hari pun berlalu seperti biasanya dan penuh dengan rasa senang, keeksotikan alam dan pertumbuhan kambing-kambing yang semakin gemuk membuat kebahagiaan ini makin lengkap, namun suatu ketika kebahagiaan itu terganggu dengan cibiran orang yang mencibir sang penggembala, maklum lah penggembala adalah pekerjaan yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum, Banyak yang mencemooh dan malu jika bergaul dengan penggembala, hingga ahirnya suatu ketika sang penggembala berfikir untuk berhenti menjadi penggembala karna tak kuat menghadapi cibiran dan cemoohan dari orang-orang yang ada disekitarnya.
          Dalam renungan sang penggembala “ memang benar apa kata orang –orang itu bahwa penggembala adalah orang rendahan yang tak punya wibawa, berpakaian kumuh, tak berpendidikan, kampungan dan lain sebagainya maka wajar saja jika mereka tidak mau berteman dengan aku dan malu dekat-dekat dengan aku, Pada saat itu juga sang penggembala memutuskan untuk tidak menggembala lagi.
          Satu hari pun berlalu namun cibiran itu masih terngiang di telinga sang penggembala, dua, tiga hari sampai seminggu cibiran dan cemoohan itu masih membekas direlung hati sang penggembala hingga ia pun tak tau harus berbuat apa, image penggembala sudah membekas didirinya, kemanapun dia pergi image itu selalu disandangnya, sungguh beban mental yang berat yang disandang sang penggembala, Karna tidak kuat menanggung beban tersebut ahirnya sang penggembala mengadu kepada bapaknya yang menyuruhnya untuk menggembala.
          Sang penggembala berkata kepada bapaknya: “bapak, aku sudah tidak sanggup lagi menjadi penggembala, beban mental yang aku tanggung sungguh besar, aku tak sanggup menghadapi cibiran, cemoohan dari orang-orang yang ada disekitarku, memang benar, aku merasa bahagia dengan gembalaan ku dan akupun merasa sukses karna gembalaanku berkembang biak sehingga jumlahnya berlipat ganda, namun harga diri ku selalu dihina oleh orang-orang pak, aku mau berhenti saja jadi penggembala”.
          Sang bapak pun menjawab dengan senyum: “Anakku, bukan maksut bapak menghinakan darah daging bapak sendiri, mana mungkin ada bapak yang ingin anaknya dihina, dicibir dan sebagainya, aku hanya ingin kamu itu kuat dan tahan banting dalam mengarungi kehidupan diluar nanti jika sudah tidak bersamaku lagi, kamu tahu nak dunia luar itu sangat keras dan penuh tantangan jika kamu menghadapi itu saja tidak mampu, mana mungkin kamu bisa menghadapi dunia luar.
          Kamu itu tidak usah malu nak, Nabi Muhammad aja dulunya penggembala, nabi musa juga, mereka adalah seorang nabi tapi tidak malu menjadi penggembala kenapa kamu harus malu wahai anakku.
          Ada nilai-nilai dan pengalaman yang ingin aku berikan kepada mu dari menjadi sang penggembala, diantaranya kamu itu harus kuat mental dan fisikmu jika ingin menjadi orang sukses, kamu harus terbiasa tahan banting agar tidak mudah terperosok kedalam jurang kegagalan, aku ingin kamu menjadi pemimpin yang perduli terhadap rakyatnya seperti kamu perduli pada kambingmu yang lapar, ketika menjadi pemimpin nanti kau harus rela lapar demi kenyangnya rakyatmu, dengan menggembala aku ingin kau terbiasa dengan kesederhanaan demi kemewahan gembalaanmu, aku sedih melihat para pemimpin yang bermental krupuk, harusnya pemimpin itu bermental penggembala yang sederhana namun berfikir luas demi kesejahteraan gembalaanya (rakyatnya).
          Kalau kamu dicibir dan dicemooh kayak gitu sudah layu bagaimana kamu menghadapi penjajah modern, yang menyerbu kekuasaanmu bukan dengan senjata, pistol atau bom namun pakai idiologi, ekonomi dan budaya, mentalmu harus kuat demi kesejahteraan gembalaan itu, dan yang terpenting kau itu bisa menjadi pemimpin yang bermental penggembala, rela lapar demi rakyat kenyang, rela miskin demi rakyat sejahtera, rela mengorbankan waktu, mampu memberi rasa aman.
          Ahirnya sang penggembala menyadari arti dari perintah bapaknya tersebut, orang tua tidak mungkin menjerumuskan anaknya sendiri kelembah kesengsaraan, orang tua itu ingin anaknya bahagia dan sukses. Namun kadang cara yang dipakai tidak sepenuhnya dmengerti oleh sang anak perlu waktu bagi sang anak untuk memahmi apa yang orang tua lakukan terhadapnya.

Indahnya mengingat Tuhan

INDAHNYA MENGINGAT TUHAN DIWAKTU SIBUK
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kesibukan manusia semakin bertambah dan terus bertambah bahkan satu hari terasa sangat singkat sekali, Manusia di sibukan dengan urusan dunia sehingga membuat dia lupa dengan Tuhan yang menciptakan, memberi makan dan mencukupi rezekinya, dia lupakan itu semua gara- gara kesibukan dunia yang menyilaukan mata.
Kehidupan modern menuntut kita untuk eksis didunia tanpa memperdulikan ahirat hal inilah yang dirasa bertolak belakang dengan inti ajaran agama islam, yang mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan ahirat, bukankah islam mengajarkan “bekerjalah untuk duniamu seakan akan kau hidup selamanya dan beribadahlah untuk ahiratmu seakan akan kau mati besok” untuk itu kita harus menyelraskan kehidupan dunia dan ahirat.
Globalisasi menyebabkan perubahan yang sangat mendasar, perubahan itu tidak hanya terlihat pada lelaki, yang super sibuk dengan urusan kantor dan segala macam pekerjaan (dunia), namun  wanita juga ikut –ikutan sibuk, era globalisasi merubah mindset dan perspectivenya, wanita yang dulunya hanya berkutat di tiga hal :  kasur, dapur dan sumur (hal 152), sekarang wanita berevolusi menjadi wanita karir yang banyak menjalankan peran laki-laki didalam keseharianya, inilah yang membuat pergeseran makna, kesibukan wanita dalam berkarir memang tidak masalah namun jika karir tersebut membuat tugasnya sebagai ibu dan istri menjadai terbengkalai inilah yang jadi masalah.
Kehidupan modern tidak serta merta berkonotasi negatif, meskipun pada dasarnya menuntut berperilaku negatif yaitu lupa kepada Tuhan akibat kesibukan manusia, namun kita sebagai manusia yang diberi akal fikiran oleh Tuhan harus menyikapi hal ini dengan bijaksana agar kita tidak termasuk orang yang sibuk dengan bekerja (dunia) dan melupakan ibadah kepada  Tuhan (ahirat), didalam buku ini (hal 29 ) menjelaskan bahwa keseimbangan antara dunia dan ahirat bisa direalisasikan dengan cara menjadi “sufi berdasi”, sufi adalah orang yang membersihkan hatinya semata- mata karena  Allah (Bisyr Ibn Al-Harist) (hal 30), sering muncul pertanyaan bisakah seorang sufi muncul di masarakat modern, dimana godaan dunia makin ganas seperti sekarang ini, dimana hari-harinya disibukan dengan rutinitas kerja, bisakah sufi hadir dari kalangan kaum berdasi? Jawabnya bisa, pada zaman modern seperti saat ini spiritualitas menjadi hal yang urgent. Didalam sebuah forum diskusi yang diselenggarakan di harvard busines school pada tahun 2002 dengan tema does spirituality drive succes dari forum tersebut menyimpulkan “ spiritualisme menjadi hal penting dalam bisnis”( hal 33).  Jadi kita sebagai manusia yang hidup didalam zaman modern harus bisa menjadi sufi berdasi yang tetap menjalankan syariat agama tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas dalam bekerja.
Abad 21 memang sungguh luar biasa, kita dituntut untut untuk menjadi orang yang multitalent yang harus bisa dan mampu dalam segala hal namun disisi lain, Tuhan juga menuntut hak nya untuk disembah, didalam buku ini banyak sekali mengulas tentang kehidupan modern dimana manusia semakin sibuk dengan urusan dunia dan menjauh dari ahirat, tidak hanya mengulas namun juga memberi solusi bagaimana kita hidup di dunia modern sehingga kita tetep bisa sibuk kerja dan juga sibuk beribadah. Buku ini perlu dimiliki oleh semua kalangan karna isinya mengingatkan kita kepada Allah, betapa pelitnya kita kepada Allah yang selalu memberi kita rezeki, hal ini terbukti dengan sedikitnya waktu yang kita berikan kepada Allah dalam beribadah namun begitu besar waktu yang kita berikan keapda dunia.(hal 4-7)
Diresensi oleh : Abdul Aziz, Mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) JAKARTA Fakultas tarbiyah
Judul Buku : Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk
Penulis : Ahmad Rifa’i Rif’an
Tebal: 346 halaman
ISBN : 978-602-02-0556-4

Penerbit : PT Elex Media Komputindo jakarta 2013 

jangan berhenti berharap

Jangan Berhenti Berharap (JBB)
Masih ingatkah dengan lagunya band gigi yang berjudul “11  Januari”, membuat hari ini indah sekali jika memang benar sesuai dengan liriknya, karna bisa mulai menjalani kisah cinta pada tanggal itu namun kali ini berbeda dengan kisah dalam lagu tersebut.
Berawal dari jejaring sosial yang lagi ngetren saat ini, Azhar mengenal Lulu, gadis yang berparas bak bidadari, sorot matanya yang tajam jika memandang, lesung pipi yang selalu menawan ketika tersenyum, bibir merah yang menggoda, hidungnya manjung seperti bule dan tubuhnya seksi bak gitar spanyol, inilah sekelumit gambaran tentang Lulu gadis yang digandrungi oleh azhar  dan kaum adam lainya.
Azhar termasuk lelaki yang beruntung bisa berkenalan dengan Lulu, karna jarang sekali cowok yang berhasil kenalan terus dekat dengan lulu, yah meskipun mereka hanya berkenalan lewat jejaring sosial namun intensitas hubungan mereka berlanjut via telepon dan sms yang membuat mereka makin dekat namun masih sebatas teman.
Baik Azhar maupun Lulu, mereka berdua belum pernah bertemu sama sekali, karna jarak mereka yang saling berjauhan membuat mereka tidak bisa berjumpa, Azhar di bandung dan Lulu di semarang, namun itu tidak jadi masalah buat Azhar namanya juga masih sebatas teman, jadi mau bilang rindu, kangen atau pengen ketemu ya ga etis to.
Setelah sekian lama berhubungan via telepon, timbul sebuah rasa yang menghampiri hati Azhar, entah rasa apa itu, yang jelas bukan rasa melon atau rasah bayar hehehe..... Namun rasa itu adalah rasa yang bisa bikin Azhar tersenyum sendiri, bahagia, membuat Azhar semangat menjalani kehidupan dan semangat kerja, rasa itu adalah rasa “sayang”. ini sungguh aneh sekali, belum pernah berjumpa namun sudah ada rasa sayang apalagi nanti kalau sudah berjumpa, apa jadinya, bisa-bisa rasa itu akan meletus kayak gunung merapi yang menyemburkan hawa panas dan abu vulkanik.
Kepribadian Lulu yang eksotik membuat hati Azhar semakin menggelora bahwa dia sangat mengaguminya, kepribadiaan yang sederhana namun berwibawa, santun, lemah lembut, penyabar dan satu lagi yang tidak boleh dilupakan yaitu dia adalah gadis yang solihah, inilah nilai lebih dari seorang cewek, kecantikan paras bisa pudar dimakan usia, keseksian tubuh bisa kendor bahkan jadi gendut, namun sinar keimanan dan kesolihahan itu selalu menempel pada dirimu yang tidak bisa lepas, yang membuat mata ini sejuk bila memandang mu. Namun ada sesuatu yang masih mengganjal difikran Azhar yang masih memenjarakan rasa sayangnya tersebut, apakah Lulu juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Azhar?? Tanda tanya besar bermunculan diatas kepala Azhar, namun biarlah yang penting aku ada rasa dan ada niat untuk mengungkapkanya bagaimanapun dan apapun resikonya akan aku hadapi.
Setahun pun berlalu dan hubungan mereka masih sebatas teman biasa namun Azhar menganggapnya lebih dari teman biasa dan berharap suatu saat hal ini bisa terealisasikan kedalam hubungan yang resmi, sehingga rasa yang dia pendam selama ini tidak bertepuk sebelah tangan.
Sebenarnya Azhar pun sudah tau kalau Lulu sudah punya pacar namun apa boleh buat dia terlanjur menaruh harapan kepada Lulu, dia terpaksa membohongi dirinya sendiri dan berharap sesuatu yang tak pasti terjadi, namun biarlah waktu yang akan menjawabnya.
Tahun baru saatnya libur kerja dan Azhar pun berniat untuk menemui Lulu disemarang, azhar berangkat dari bandung pada pukul 18:00 WIB dengan naik bus kota dari terminal bandung menuju terminal terboyo dan tiba di terboyo pukul 06:00 WIB, kemudian dia istirahat dirumah temenya yang berada di deket terminal, setelah dirasa cukup istirahatnya kemudian dia meminjam motor temenya yang kebetulan lagi nganggur untuk menuju rumah Lulu yang lumayan jauh dan jalanya berliku-liku dan naik turun. Azhar pun menelpon Lulu menanyakan alamat rumahnya dan ahirnya dikasihlah alamat itu, ini adalah alamat yang diberikan lulu” desa Karangan, nanti kamu ketemu jembatan belok kiri, trus lurus aja nanti ketemu masjid kuning lurus lagi nanti ku tunggu dipinggir jalan”, setelah muter-muter nyari alamatnya ahirnya mereka ketemu juga untuk pertama kali pada pukul 11:00 tanggal 11 bulan januari tahun 2011 entah suatu kebetulan atau gimana yang jelas ini bukan sebuah rekayasa, benar adanya tubuh Azhar gemeteran melihat sosok Lulu untuk yang pertama kali namun dia berusaha untuk tenang menghadapinya, ahirnya dia berhasil mengusir rasa gemetar tersebut dan mulai menikmati ngobrolnya dengan orang yang sekian lama ia tunggu-tunggu untuk bertatap muka secara langsung.
Ngobrol pun berlanjut hingga jarum jam menunjukan pukul 14:00 WIB dan saya belum melaksanakan salat dhuhur, ahirnya Azhar ngomong sama Lulu kalau dia mau salat:
Azahar : luk tempat Wudhu dimana ya?
Lulu     : oh dibelakang Har, jawab lulu.
Azhar  : Ok Aku kesana.
Setelah selesai wudhu, Azhar melihat Lulu masih duduk manis dikursi sambil memegang hp, mungkin lagi sms an sama “ my luv” nya, dengan perlahan Azhar memanggilnya,Lulu mau salat jama’ah ga sama Aku? Dengan nada sedikit reflek dia menawab “ oh iya mau, tapi tunggu bentar aku wdhu dulu”
Setelah menunggu beberapa menit ahirnya Lulu selesai berwudu dan bergegas menghampiri saya, sambil berkata aku sudah siap salat jama’ah ma kamu har, ahirnya salat dhuhur berjamaah pun dimulai dengan Azhar menjadi imam dan Lulu makmumnya.
Setelah salat selesai Azhar pun mau pamit pulang kerumah temenya karna sudah lama sekali dia maen kerumah lulu kira-kira hampir 3 jam, namun pas mau pulang ternyata ga boleh sama Lulu, “ eh Har jangan pulang dulu kamu, sini makan dulu sama aku yah meski dengan lauk seadanya,
Iya lu’ tapi aku masih kenyang jawab Azhar
Eh ga boleh gitu Har, ntar nenekku bisa marah kalau dia tau ada temen ku yang maen kok pulang sebelum makan.
Oh gitu ya lu’ ahirnya mereka makan berdua, suasana romantis pun tercipta diruangan tersebut meski hanya saling pandang saja namun itu sudah cukup untuk obat rindu saya selama setahun.
Acara makan siang pun berlalu dan saatnya beres-beres, Azhar membantu Lulu untuk membersihkan tempat makan tersebut, setelah itu Azhar pamit,,,,
Namun sebelum dia meninggalkan rumah Lulu tepatnya pas didepan pintu Azhar mengatakan sesuatu yang sangat dalam artinya “ lulu, aku tau kamu sudah punya pacar yang sangat setia sama kamu dan juga ibu pacar kamu yang juga perhatian sama kamu, namun aku ingin mengatakan sesuatu padamu bahwa kalau aku sayang kamu”, maafkan aku yang tak tau diri berkata begini kepada kamu, memang seharusnya aku tidak berkata demikian namun apa daya inilah yang terjadi.
Lulu pun terdiam , membisu mendengar perkataan Azhar tersebut,
Azhar pun tidak ingin berlama-lama berada disitu karna takut dengan jawaban dari Lulu yang dari awal Azhar tau jawaban apa yang akan disampaikan lulu, makanya dia bergegas menuju motornya untuk sesegera mungkin pulang.
Motor pun di setater dan greng greng motorpun meluncur

Cerite nye berlanjut minggu depan ye.......